Minggu, 06 Juli 2014

PENGARUH PESAN PERINGATAN KESEHATAN DENGAN  PERILAKU MEROKOK REMAJA
(Studi deskriptif Pada Siswa SMA Negeri 1 Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya)

SKRIPSI

Diajukan  Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Syiah Kuala Untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi







Oleh :
NUZUL AFRIADI

           NIM                  : 0810102010051
           Program Studi : Ilmu Komunikasi

                                                                                      






FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2014






BAB I
PENDAHULUAN

1.1               Latar Belakang Penelitian
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal tersebut bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan di jumpai orang yang sedang merokok. Sejauh ini, tembakau berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia. Tembakau menyebabkan satu dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian tahun 2006. Ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati dua kali jumlah kematian saat ini jika kebiasaan konsumsi rokok saat ini terus berlanjut.
Menurut data tahun 2004 yang dikeluarkan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) dari 2.074 responden pelajar di Indonesia usia 15-20 Tahun,(43,9%) mengaku pernah merokok. Data WHO juga menyebutkan bahwa seluruh jumlah perokok yang ada di dunia (30%) nya adalah remaja,di Amerika 50% perokok adalah remaja. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku merokok dimulai sejak usia anak-anak dan remaja (Nasution 2007 : 8).
Dalam peraturan pemerintahan (PP) No 109 Tahun 2012 tentang pengamanan produk tembakau yang berbahaya bagi kesehatan menyebutkan bahwa Setiap orang yang memproduksi dan atau mengimpor Produk Tembakau ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan. Peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan yang harus mempunyai satu makna, tercetak menjadi satu dengan kemasan produk tembakau. Setiap iklan rokok harus mengalokasikan minimal 15 persen dari luasnya untuk peringatan kesehatan yang sama.
Pada usia remaja merupakan saat dimana individu manusia dalam sebuah transisi penyesuaian sikap dan perilaku terutama pada usia sekolah menengah atas. Di Aceh Barat Daya sendiri, Khususnya pada SMA Negeri 1 Manggeng, Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara bersama Kepala sekolah SMA Negeri 1 Manggeng dan orang tua wali para siswa tentang keresahan dengan perilaku merokok remaja, bahwa banyak siswa yang telah menjadi perokok pemula diusia remaja. Hal ini tampak dari banyaknya siswa yang mengkonsumsi rokok ketika diluar jam sekolah yang telah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi dimata Masayarakat. Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi manusia terutama remaja, hal ini sangatlah merugikan diri remaja itu sendiri yang sedang menempah ilmu pengetahuan di tingkat Sekolah Menegah Atas.
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain baik secara langsung secara tatap muka maupun secara tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sekap pandang atau perilaku (Mulyana 2005; 7).
Namun sejalan dengan peraturan pemerintah yang mewajibkan seluruh perusahaan rokok di Indonesia mencantumkan tulisan dan peringatan tentang resiko dan bahaya merokok pada bungkus rokok Serta ditambah lagi dengan regulasi baru tentang peringatan bahaya merokok berbentuk gambar yang terdapat dalam PP No 109/2012 . akan tetapi, masih banyak para perokok yang mengabaikan pesan peringatan tersebut. Dan teteap memilih untuk merokok padahal secara pengetahuan mereka paham dari makna pesan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pengaruh pesan peringatan kesehatan tersebut dalam mempengaruhi sikap perokok itu sendiri. Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ PENGARUH PESAN PERINGATAN KESEHATAN DENGAN PERILAKU MEROKOK REMAJA”
            1.2       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dan sejauh mana Pengaruh pesan peringatan pada bungkus rokok dalam mempengaruhi perilaku perokok remaja .


1.2                               Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penetian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh pesan peringatan kesehatan terhadap perilaku merokok remaja pada SMA N1 Manggeng.
       1.3              Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan peneliti dari adanya penelitian ini adalah :
1.      Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi peneliti serta menjadi langkah awal dalam penyusunan tugas akhir peneliti sendiri.
2.      Secara Akademis, Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas bahan referensi, bahan penelitian serta memperkaya bahan bacaan Tentang pengaruh pesan komunikasi dalam mempengaruhi sikap dan perilaku perokok remaja di lingkungan FISIP Unsyiah.
3.      Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi menambah pengetahuan penulis tentang sejauhmana dan pengaruh komunikasi massa terhadap perubahan perilaku.
1.5                          Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap sebuah masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.      Ho:      Tidak terdapat pengaruh pesan peringatan kesehatan terhadap perilaku merokok remaja
2.      Ha:      Terdapat pengaruh pengaruh pesan peringatan kesehatan terhadap perilaku merokok remaja
1.6                        Sistematika Penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab. Setelah Bab I ini yang berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis dan Sistematika Penulisan, bab-bab tersebut penulisan bagi menjadi:
     BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai masalah yang melatarbelakangi penelitian dengan merumuskan masalah yang timbul, dan juga menentukan tujuan penelitian.
     BAB II DAFTAR PUSTAKA
            Dalam bab ini berkaitan dengan penerapan teori-teori yang berhubunga dengan penelitian yang dilakukan melalui studi literature. Lanadasan teori tersebut akan digunakan sebagai kerangka dan bersumber dari buku-buku pustaka sebagai dasar pemikiran dari penelitian ini.
     BAB III METODE PENELITIAN
            Dalam bab ini menjelaskan definisi operasional variable penelitian, lokasi dan populasi serta cara pengumpulan dan pengambilan data.
     BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
            Dalam bab ini terdapat pengolahan data-data yang telah didapatkan dalam penelitian, dan juga analisis serta pebandingan teori yang ada.
    BAB V PENUTUP

            Dalam bab ini ditujukan untuk kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil analisis untuk menjawab permasalahan. Selain itu, diberikan juga saran dari penulis mengenai permaslahan dan pemecahannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
     2.1       Definisi Konsep
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata pengaruh adalah suatu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (seseorang) yang membentuk watak, kepercayaan, perbuatan seseorang. Sedangkan yang dimaksud dengan pengaruh disini adalah suatu dampak terhadap perilaku yang ditimbulkan oleh pesan komunikasi.
Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media massa.Effendy (2007 :20). Stanley j. Baran dan Denis k. Davis . dalam buku Teori Komunikasi Massa menyebutkan bahwa ketika sebuah sumber,organisasi menggunakan teknologi untuk berkomunikasi dengan khalayak yang besar maka akan terjadi Komunikasi Massa. Menurut Onong Ujchana Effendy (2007;22). Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, karena ditunjukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.
 Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kehidupan. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.
2.2               Landasan Teori
Menurut Sugiyono (2012:52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Landasan Teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin ditemui di tempat penelitian jika tidak memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya.
Dalam skripsi landasan teori layaknya fondasi pada sebuah bangunan. Bangunan akan terlihat kokoh bila fondasinya kuat, begitu pula dengan penulisan skripsi, tanpa landasan teori penelitian yang digunakan tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau tidak memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori. Adapun yang menjadi landasan teori dalam permasalahan ini adalah sebagai berikut:
        2.2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa.Effendy (2007 :20). Stanley j. Baran dan Denis k. Davis . dalam buku Teori Komunikasi Massa menyebutkan bahwa ketika sebuah sumber,organisasi menggunakan teknologi untuk berkomunikasi dengan khalayak yang besar maka akan terjadi Komunikasi Massa.
Menurut Onong Ujchana Effendy (2007;22) ada lima cirri-ciri komunikasi massa yaitu:
1.      Komunikasi massa berlangsung satu arah.
Komunikasi massa berlangsung satu arah, ini berati bahwa tidak terjadi arus balik dari komunikan kepada komunikator.
2.      Komunikator pada komunikasi massa melembaga
Komunikator pada komiunikasi massa merupakan hasil kerjasama sejumlah kerabat kerja, dengan kata lain komunikator yang melembaga tersebut perananya dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang lain.
3.      Pesan pada komunikasi massa bersifat umum.
Pesan yang disebarkan melalui media bersifat umum karena ditunjukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.
4.      Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
Media komuikasi massa mempunyai kemampuan untuk menimbulakan keserempakan pada pihak khlayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan..
5.      Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
Heterogenitas komunikan komunikasi massa menyebakan pesan yang disampaikan media massa bersifat khusus dengan pengelompokan-pengelompokan menurut criteria tertentu.  
Menurut Hanurawan (2012) terdapat tiga faktor penting yang perlu diperhatikan agar suatu komunikasi  dapat berjalan secara efektif.
1.      Komunikator
Seorang komunikator harus memenuhi syarat keterpercayaan (trustworthiness) dari penerima pesan, kepakaran (expertness), disukai oleh penerima pesan, memiliki kesamaan dengan penerima pesan, dan memiliki beraneka sumber (multiple sources) dalam  mempelajari isi pesan yang ingin disampaikan. Syarat-syarat itu merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan efektivitas komunikasi agar dapat mengubah sikap yang dimiliki oleh sasaran.
2.      Isi pesan
Dari segi pesan, komunikasi dapat berlangsung secara efektif apabila pesan tersebut dapat menimbulkan daya tarik bagi khalayak. Untuk itu, harus diperhatikan struktur pesan dan gaya penyampaian pesan komunikasi. Struktur pesan berhubungan dengan sistematika dalam penyampaian pesan, sedangkan gaya pesan adalah bagaimana taktik atau strategi dalam menghadapi khalayak yang harus disesuaikan dengan kondisi khalayak, baik secara psikologi dan fisik pada saat komunikasi berlangsung. Psikologis berkaitan dengan demografis khalayak meliputi; pendidikan, pekerjaan, budaya, nilai-nilai, norma, ras, dan agama. Sedangkan secara fisik berkaitan dengan lokasi atau tempat berlangsung komunikasi.
3.      Sasaran
Dalam diri sasaran Massa, kita dapat membagi kepribadian mereka menjadi kelompok yang mudah untuk dipersuasif dan kelompok yang sulit untuk dipersuasif. Namun pembagian itu harus mempertimbangkan sumber persuasif, intensitas persuasif, dan muatan isu-isu yang disampaikn. Dalam penelitian Jaccard ditemukan bahwa semakin individu terlibat pada suatu isu dan merasa berkepentingan dengan hasilnya, maka ia semakin menolak adanya usaha-usaha persuasif dari para komunikasi. Demikian pula pada penelitian Lord, Ross, dan Lepper pada tahun 1997 dalam Hanurawan (2012) disimpulkan bahwa orang yang memiliki opini kuat terhadapan suatu isu-isu sosial hanya bersedia menerima informasi-informasi yang menguatkan opininya itu.

         2.2.2.   Konsep Perilaku
   1.    Pengertian   Perilaku
Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal.Sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan ( Notoatmodjo, 1997 ).
Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1.    Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup danberaktifitas.
2.      Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3.      Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah
perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban.Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
2.      Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok.
Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. 

                       
3.      Remaja dan Rokok
Mu`tadin dalam Nasution (2007:10), Menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja merokok :
a.       Pengaruh orang tua    
            Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia ,dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Karenanya merokok sering dianggap sebagai pelampiasan rasa frustasi dan kegundahan hati. Paling kuat pengaruhnya adalah figur orang tua, jika orang tuanya adalah perokok, maka anak-anak sangat mungkin mencontohnya.
b.      Pengaruh Teman        
            Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja yang merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temanya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-teman remajanya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
c.       Faktor Kepribadian    
            Banyak orang mencoba merokok karena alas an ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
d.      Pengaruh Iklan           
            Melihat iklan di media massa dan elektronik dengan berbgai macam retorika komunikasinya seringkali memicu remaja untuk merokok.
4.      Pesan Peringatan Kesehatan Pada Bungkusan Rokok
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) NO. 109/2012 Tentang pengendalian produk zat adiktif berupa tembakau dan undang-undang kesehatan pasal 144-199 serta  putusan Mahkamah Konstitusi nomor 34/PUU-VII/2010 yang mewajibkan para pengusaha rokok di Indonesia untuk mencantumkan peringatan kesehatan berupa gambar dan tulisan yang harus mempunyai satu makna, tercetak menjadi satu dengan kemasan produk tembakau. pada setiap bungkusan rokok.. Sejak ditetapkannya peraturan tersebut semua perusahaan rokok di Indonesia diwajibkan untuk mencantumkan pesan peringatan kesehatan tersebut pada setiap bungkusan rokok yang diproduksi. Dalam konteks komunikasi sendiri himbauan tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap perilaku perokok agar mendapatkan reaksi dari perokok itu sendiri sehingga dapat mempertimbangkan akibat dari merokok dan pada ujung-ujungnya akan mempertimbangkan kebiasaan perilaku merokok.


         2.2.3. Teori S-O-R
Teori S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus Organism Response  ini semula berasal dari psikologi. Menurut Effendy (2003; 254) Teori S-O-R memiliki objek material yakni manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap,opini,perilaku,kognisi,dan konasi. Efek yang ditimulkan dari teori ini adalah reksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memeperkirakan kesesuaian dana reaksi komunikan, unsur-unsur dalam komuniakasi ini adalah pesan (Stimulus,S),Komunikan (Organism,O), dan efek (Response,R).
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Dalam proses perubahan sikap dan perilaku tampak bahwa sikap dan perilaku dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus yang disampaikan melalui pesan himbauan pada bungkus rokok akan dapat diterima atau diabaikan.
      2.3.      Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah ditulis oleh peneliti sebelumnya di antaranya adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Mahardika Putra Sidarta (2011). Yang berjudul “ Sikap Mahasisawa perokok terhadap Pesan Peringatan Bahaya Merokok di Surabaya” Merokok merupakan hal yang sangat merugikan bagi kesehatan, namun dengan adanya pesan peringatan bahaya tentang rokok tentu saja menimbulkan beberapa sikap dan pandangan akan pengaruh pesan tersebut pada diri mahasiswa perokok. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode penelitian ini menggunakan perspektif (sikap kognitif,afektif,dan konaktif) dilaksanakan menggunakan teknik dokumentasi, observasi, dan wawancara.




BAB III
METODE PENELITIAN

3.1              Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang mengumpulkan, mengklasifikasi, menginterpretasikan, dan menganalisa dengan cara yang sistematis, terkontrol, dengan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam menjelaskan dua objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan. Apabila ada, seberapa erat hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 1998:251).

3.2              Lokasi dan Waktu Penelitian
a.       Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan pada SMA negeri 1 Manggeng yang berlokasi di desa Seunelop, Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya. Adapun alasan peneliti mengambil lokasi ini karena peneliti melihat tingakat perokok dikalangan siswa pada sekolah ini semakin meningkat ditambah dengan keresahan beberapa orang tua siswa yang sangat prihatin akan perilaku merokok para remaja tersebut.

b.      Waktu Penelitian
Untuk kelancaran penelitian ini, maka peneliti membuat jadwal penelitian. Adapun jadwalnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1
Kegiatan
Bulan (Tahun 2013)
Mei
Agust
Sept
Okto
Nov
Des
Febr
Pengajuan proposal







Seminar proposal







Revisi







Pengumpulan data







Penyusunan laporan penelitian







Sidang skripsi








3.3                 Sampel dan Populasi Penelitian
3.3.1       Populasi
Menurut Sugiyono (2002:55) dalam Kriyantono (2006:149) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA negeri 1 Manggeng,dari hasil study pendahuluan, data murid keseluruhan berjumlah  687 siswa.

3.3.2       Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Bungin,   2006:101). Kemudian menurut kryantono (2006:160) yang menjadi sampel adalah sebagian populasi yang karakteristiknya dianggap mewakili populasi lain. Jika jumlah subjek dan populasi lebih dari 100 orang, maka di ambil diantara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunkan rumus Taro Yamne dengan presisi dan tingkat kepercayaan 90%
Keterangan      :
n          = Jumlah Sampel
N         = Jumlah Populasi
d          = Nilai presisi yang ditetapkan sebesar 15% atau 0,15
Dari Penggunaan rumus diatas, maka dibutuhkan sampel sebanyak :
Jadi sampel yang diperlukan adalah   39 orang.

            Teknik penarikan sampel yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan  sampel Simpel Random Sampling (penarikan sampel secara acak sederhana), yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Purwanto & Suhardi, 2004: 325).
         3.4       Teknik Pengumpulan data
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2010:137) dalam skripsi Sri Devi Ayu menyatakan bahwa: “Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Data primer adalah data yang diperoleh dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini yaitu Pengaruh pesan peringatan kesehatan dengan perilaku merokok remaja, pengumpulan data yang digunakan penulis adalah data Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
2.   Data Skunder
Marzuki dalam Oktariko (2011:46) menyatakan data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari surat kabar dana majalah ataupun publikasi lainnya. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data dan informasi yang diperoleh melalui dokumentasi atau arsip yang ada pada sekolah SMA Negeri 7 Banda Aceh. Data yang diperoleh bisa berupa kepustakaan (library research), yaitu artikel atau berita di media online serta website SMA Negeri 7 yang masih memiliki relevansi dengan masalah penelitian.

3.5                               Teknik Analisis Data
Menurut Maleong dalam Kriyantono (2006: 163) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data. Dari keseluruhan data yang diperoleh baik dari penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan diolah dengan memakai perhitungan statistik dengan bantuan komputer memalui program SPSS (statistical product and service solution). Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah:
1.      Uji Validitas dan Reabilitas
Menurut Arikunto (2006: 154) menjelaskan bahwa suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sedangkan reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.


2.      Metode Analisis Deskriptif
      Analisis deskriptif merupakan analisa yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan persentase dengan tujuan untuk membantu peneliti mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian (Kriyantono, 2006:167).
3.      Korelasi Product Moment dari Pearson
            Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Teknik ini bertujuan untuk menguji apakah tiap item atau butir pernyataan benar-benar mampu mengungkap faktor yang akan diukur atau konsistensi internal tiap item alat ukur dalam mengukur suatu faktor.      
Nilai korelasi yang diperoleh (nilai korelasi per item dengan total item yang diperoleh setelah dikorelasikan secara statistik per individu) lalu dibandingkan dengan tabel nilai korelasi (r) Product Moment untuk mengetahui apakah nilai korelasi yang diperoleh signifikan atau tidak. Jika indeks nilai yang diperoleh dari perhitungan tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari nilai tabel korelasi maka item itu dinyatakan valid demikian juga sebaliknya. Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan menguji validitas alat ukur maka yang dilakukan adalah mengukur kesahihan butir (validitas item).

Rumus korelasi Product Moment adalah:
          r =
Di mana:
r = koefisien korelasi Pearsons Product Moment
N = jumlah individu dalam sampel
X = angka mentah untuk variabel X
Y = angka mentah untuk variabel Y
Selanjutnya, untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford (Kriyantono,2006 : 169) yaitu:
            Tabel 3.2 Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Koefesien
Tingkat Keeratan
<0,20
Hubungan rendah sekali; lemah sekali
0,20 – 0,39
Hubungan rendah tapi pasti
0,40 – 0,70
Hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90
Hubungan yang tinggi ; kuat
>0,90
Hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali; dapat diandalkan
           
            Sumber: Kriyantono (2006 : 169)

4.      Uji hipotesis
Uji hipotesis adalah salah satu fungsi statistik untuk menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar Hubungan Komunikasi persuasif antara guru dan siswa terhadap motivasi belajar. Untuk uji hipotesis dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
·         Berdasarkan t hitung
H0 diterima jika t hitung  < t tabel
H1 diterima jika t hitung  > t tabel
·         Berdasarkan signifikansi (Ī±)
Jika signifikansinya< 0,05 maka H0 ditolak
Jika signifikansinya> 0,05 maka H0 diterima
3.6                                   Skala Pengukuran
Untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunaka Skala Likert. Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2005:86). Berikut tabel skala pengukuran kuisioner :








Tabel 3.3 Skala pengukuran kuesioner
Keterangan
Alternatif Jawaban
Skor
+
_
Sangat Setuju
SS
5
1
Sutuju
S
4
2
Netral
N
3
3
Tidak Setuju
TS
2
4
Sangat Tidak Setuju
STS
1
5

3.7                       Operasional Variabel Penelitian.
3.7.1                Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, atau disebut variabel penyebab, atau independen variabel (X) (Arikunto, 2006;119). Dalam penelitian ini variabel bebasnya komunikasi Massa adalah komunikasi yang bersifat mempengaruhi sikap,persepsi dan perilaku komunikan melalui presentasi pesan yang bermuatan peringatan ,melemahkan atau menguatkan seseorang objek, atau isu tempat seseorang mengarahkan sikapnya.



3.7.2             Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel tidak bebas atau independen variabel (Y) (Arikunto, 2006;119). Dalam penelitian ini variabel terikatnya perilaku merokok pada  kalangan siswa yang merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus.


DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar .Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Efendi, Onong Uchjana .2007. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Efendi, Onong Uchjana.2003.Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti
Hanurawan , Dr.Fattah. 2010. Psikologo Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Jalaluddin Rakhmat 2005 .Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Nasution, Indri Kemala. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja.Program Studi Psikolog, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara .
Rachmat Kriyantono. 2007. Riset Komunikasi. sJakarta: Kencana Prenada Media Group
Tubs, Stewart.2002. Human Comunication.bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi Konseptual. Bogor : Ghalia Indonesia
Widayatun, Tri rusmi.1999. Ilmu Prilaku. Jakarta : PT. Fajar Interpratama
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

http://kesehatan.kompas.com/read/2008/06/07/17531289/Jumlah.Perokok.Pe
mula.Meningkat
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f349ad3f219a/pertarungan-konstitusionalitas-tembakau-di-balik-uu-kesehatan. diakses 8 Februari 2013 ,pukul 01.05 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar