PENGARUH PESAN
PERINGATAN KESEHATAN DENGAN PERILAKU
MEROKOK REMAJA
(Studi deskriptif Pada Siswa
SMA Negeri 1 Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Syiah Kuala
Untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi
Oleh :
NUZUL AFRIADI
NIM : 0810102010051
Program Studi :
Ilmu Komunikasi
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM,
BANDA ACEH
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian
Meski semua orang tahu akan bahaya yang
ditimbulkan akibat merokok, perilaku
merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal tersebut bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan di jumpai orang yang sedang merokok. Sejauh ini, tembakau
berada pada peringkat utama penyebab
kematian yang dapat dicegah di dunia. Tembakau menyebabkan satu dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian tahun 2006. Ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik.
Kematian pada tahun 2020 akan mendekati dua kali jumlah kematian saat ini jika
kebiasaan konsumsi rokok saat ini terus berlanjut.
Menurut data tahun 2004 yang dikeluarkan Global Youth Tobacco Survey (GYTS)
dari 2.074 responden pelajar di Indonesia usia 15-20 Tahun,(43,9%) mengaku
pernah merokok. Data WHO juga menyebutkan bahwa seluruh jumlah perokok yang ada
di dunia (30%) nya adalah remaja,di Amerika 50% perokok adalah remaja. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku merokok dimulai sejak usia anak-anak dan remaja
(Nasution 2007 : 8).
Dalam peraturan pemerintahan (PP) No 109 Tahun 2012 tentang
pengamanan produk tembakau yang berbahaya bagi kesehatan menyebutkan bahwa Setiap orang yang memproduksi dan
atau mengimpor Produk Tembakau ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan
peringatan kesehatan. Peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan yang
harus mempunyai satu makna, tercetak menjadi satu dengan kemasan produk
tembakau. Setiap iklan rokok harus mengalokasikan minimal 15 persen dari luasnya untuk peringatan kesehatan yang sama.
Pada usia remaja merupakan saat
dimana individu manusia dalam sebuah transisi penyesuaian sikap dan perilaku
terutama pada usia sekolah menengah atas. Di Aceh Barat Daya sendiri, Khususnya
pada SMA Negeri 1 Manggeng, Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan
melakukan wawancara bersama Kepala sekolah SMA Negeri 1 Manggeng dan orang tua
wali para siswa tentang keresahan dengan perilaku merokok remaja, bahwa banyak
siswa yang telah menjadi perokok pemula diusia remaja. Hal ini tampak dari
banyaknya siswa yang mengkonsumsi rokok ketika diluar jam sekolah yang telah
menjadi pemandangan yang tidak asing lagi dimata Masayarakat. Mengingat betapa
pentingnya kesehatan bagi manusia terutama remaja, hal ini sangatlah merugikan
diri remaja itu sendiri yang sedang menempah ilmu pengetahuan di tingkat
Sekolah Menegah Atas.
Komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pesan lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan
perasaan berupa ide, informasi kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya
yang dilakukan seseorang kepada orang lain baik secara langsung secara tatap
muka maupun secara tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sekap
pandang atau perilaku (Mulyana 2005; 7).
Namun sejalan dengan peraturan
pemerintah yang mewajibkan seluruh perusahaan rokok di Indonesia mencantumkan
tulisan dan peringatan tentang resiko dan bahaya merokok pada bungkus rokok
Serta ditambah lagi dengan regulasi baru tentang peringatan bahaya merokok
berbentuk gambar yang terdapat dalam PP No 109/2012 . akan tetapi, masih banyak para
perokok yang mengabaikan pesan peringatan tersebut. Dan teteap memilih untuk
merokok padahal secara pengetahuan mereka paham dari makna pesan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pengaruh
pesan peringatan kesehatan tersebut dalam mempengaruhi sikap perokok itu
sendiri. Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ PENGARUH PESAN PERINGATAN
KESEHATAN DENGAN PERILAKU MEROKOK REMAJA”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana dan sejauh mana Pengaruh pesan peringatan pada bungkus
rokok dalam mempengaruhi perilaku perokok remaja .
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin
dicapai dalam penetian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh pesan peringatan kesehatan
terhadap perilaku merokok remaja pada SMA N1 Manggeng.
1.3
Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan peneliti dari adanya penelitian ini
adalah :
1.
Secara teoritis, penelitian ini
diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi peneliti serta menjadi langkah awal
dalam penyusunan tugas akhir peneliti sendiri.
2.
Secara Akademis, Penelitian ini
diharapkan dapat menambah dan memperluas bahan referensi, bahan penelitian serta
memperkaya bahan bacaan Tentang pengaruh pesan komunikasi dalam mempengaruhi
sikap dan perilaku perokok remaja di lingkungan FISIP Unsyiah.
3.
Secara Praktis, Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi menambah pengetahuan penulis tentang sejauhmana dan pengaruh
komunikasi massa terhadap perubahan perilaku.
1.5 Hipotesis
Penelitian
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap sebuah masalah penelitian yang secara
teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
1.
Ho: Tidak terdapat pengaruh pesan peringatan kesehatan terhadap
perilaku merokok remaja
2.
Ha: Terdapat pengaruh pengaruh pesan peringatan kesehatan terhadap
perilaku merokok remaja
1.6 Sistematika
Penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam lima
bab. Setelah Bab I ini yang berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis dan Sistematika Penulisan,
bab-bab tersebut penulisan bagi menjadi:
BAB
I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai masalah yang
melatarbelakangi penelitian dengan merumuskan masalah yang timbul, dan juga
menentukan tujuan penelitian.
BAB
II DAFTAR PUSTAKA
Dalam bab ini berkaitan dengan
penerapan teori-teori yang berhubunga dengan penelitian yang dilakukan melalui
studi literature. Lanadasan teori tersebut akan digunakan sebagai kerangka dan
bersumber dari buku-buku pustaka sebagai dasar pemikiran dari penelitian ini.
BAB
III METODE
PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan definisi
operasional variable penelitian, lokasi dan populasi serta cara pengumpulan dan
pengambilan data.
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini terdapat pengolahan
data-data yang telah didapatkan dalam penelitian, dan juga analisis serta
pebandingan teori yang ada.
BAB
V PENUTUP
Dalam bab ini ditujukan untuk
kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil analisis untuk menjawab
permasalahan. Selain itu, diberikan juga saran dari penulis mengenai
permaslahan dan pemecahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konsep
Menurut kamus
besar bahasa Indonesia kata pengaruh adalah suatu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (seseorang) yang
membentuk watak, kepercayaan, perbuatan seseorang.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengaruh disini adalah suatu dampak terhadap
perilaku yang ditimbulkan oleh pesan komunikasi.
Komunikasi Massa adalah
komunikasi melalui media massa.Effendy (2007 :20). Stanley j. Baran dan Denis
k. Davis . dalam buku Teori Komunikasi Massa menyebutkan bahwa ketika sebuah
sumber,organisasi menggunakan teknologi untuk berkomunikasi dengan khalayak
yang besar maka akan terjadi Komunikasi Massa. Menurut Onong Ujchana Effendy
(2007;22). Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, karena ditunjukan kepada
umum dan mengenai kepentingan umum.
Rokok merupakan benda yang
sudah tak asing lagi bagi kehidupan. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang
sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh
telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat
merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan
kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti
penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga
mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi,
impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.
2.2 Landasan Teori
Menurut Sugiyono (2012:52), bahwa landasan teori perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba (trial and error). Landasan Teori sangat penting
dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi peneliti tidak bisa mengembangkan
masalah yang mungkin ditemui di tempat penelitian jika tidak memiliki acuan
landasan teori yang mendukungnya.
Dalam skripsi landasan teori layaknya fondasi pada sebuah
bangunan. Bangunan akan terlihat kokoh bila fondasinya kuat, begitu pula dengan
penulisan skripsi, tanpa landasan teori penelitian yang digunakan tidak akan
berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau tidak
memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori. Adapun yang menjadi
landasan teori dalam permasalahan ini adalah sebagai berikut:
2.2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa.Effendy (2007 :20). Stanley j. Baran dan
Denis k. Davis . dalam buku Teori Komunikasi Massa menyebutkan bahwa ketika
sebuah sumber,organisasi menggunakan teknologi untuk berkomunikasi dengan
khalayak yang besar maka akan terjadi Komunikasi Massa.
Menurut
Onong Ujchana Effendy (2007;22) ada lima cirri-ciri komunikasi massa yaitu:
1. Komunikasi
massa berlangsung satu arah.
Komunikasi massa
berlangsung satu arah, ini berati bahwa tidak terjadi arus balik dari komunikan
kepada komunikator.
2. Komunikator
pada komunikasi massa melembaga
Komunikator pada
komiunikasi massa merupakan hasil kerjasama sejumlah kerabat kerja, dengan kata
lain komunikator yang melembaga tersebut perananya dalam proses komunikasi
ditunjang oleh orang lain.
3. Pesan
pada komunikasi massa bersifat umum.
Pesan yang
disebarkan melalui media bersifat umum karena ditunjukan kepada umum dan
mengenai kepentingan umum.
4. Media
komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
Media komuikasi
massa mempunyai kemampuan untuk menimbulakan keserempakan pada pihak khlayak
dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan..
5. Komunikan
komunikasi massa bersifat heterogen
Heterogenitas komunikan komunikasi massa menyebakan
pesan yang disampaikan media massa bersifat khusus dengan
pengelompokan-pengelompokan menurut criteria tertentu.
Menurut Hanurawan (2012) terdapat tiga faktor
penting yang perlu diperhatikan agar suatu komunikasi dapat berjalan secara efektif.
1.
Komunikator
Seorang komunikator harus memenuhi syarat
keterpercayaan (trustworthiness) dari
penerima pesan, kepakaran (expertness),
disukai oleh penerima pesan, memiliki kesamaan dengan penerima pesan, dan
memiliki beraneka sumber (multiple
sources) dalam mempelajari isi pesan
yang ingin disampaikan. Syarat-syarat itu merupakan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan efektivitas komunikasi agar dapat mengubah sikap yang dimiliki
oleh sasaran.
2.
Isi pesan
Dari segi pesan, komunikasi dapat berlangsung secara
efektif apabila pesan tersebut dapat menimbulkan daya tarik bagi khalayak.
Untuk itu, harus diperhatikan struktur pesan dan gaya penyampaian pesan
komunikasi. Struktur pesan berhubungan dengan sistematika dalam penyampaian
pesan, sedangkan gaya pesan adalah bagaimana taktik atau strategi dalam
menghadapi khalayak yang harus disesuaikan dengan kondisi khalayak, baik secara
psikologi dan fisik pada saat komunikasi berlangsung. Psikologis berkaitan
dengan demografis khalayak meliputi; pendidikan, pekerjaan, budaya,
nilai-nilai, norma, ras, dan agama. Sedangkan secara fisik berkaitan dengan
lokasi atau tempat berlangsung komunikasi.
3.
Sasaran
Dalam diri sasaran Massa, kita dapat membagi
kepribadian mereka menjadi kelompok yang mudah untuk dipersuasif dan kelompok
yang sulit untuk dipersuasif. Namun pembagian itu harus mempertimbangkan sumber
persuasif, intensitas persuasif, dan muatan isu-isu yang disampaikn. Dalam
penelitian Jaccard ditemukan bahwa semakin individu terlibat pada suatu isu dan
merasa berkepentingan dengan hasilnya, maka ia semakin menolak adanya
usaha-usaha persuasif dari para komunikasi. Demikian pula pada penelitian Lord,
Ross, dan Lepper pada tahun 1997 dalam Hanurawan (2012) disimpulkan bahwa orang
yang memiliki opini kuat terhadapan suatu isu-isu sosial hanya bersedia
menerima informasi-informasi yang menguatkan opininya itu.
2.2.2. Konsep Perilaku
1.
Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal
yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu
sendiri yang disebut juga faktor internal.Sebagian lagi terletak di luar
dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan (
Notoatmodjo, 1997 ).
Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993),
perubahan perilaku
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan
perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia
hidup danberaktifitas.
2. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi,
karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change),
ialah
perubahan
yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka
yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian
lagi lamban.Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah
yang berbeda-beda
2. Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku
merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut
terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Merokok adalah membakar
tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.
Temparatur sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk
ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat Celcius untuk ujung rokok yang
terselip di antara bibir perokok.
Munculnya
perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima,
baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku lain,
perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan
faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres)
dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman
sebaya). Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas
menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.
3.
Remaja dan Rokok
Mu`tadin dalam Nasution
(2007:10), Menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja merokok :
a.
Pengaruh orang tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia ,dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Karenanya merokok sering dianggap sebagai pelampiasan rasa frustasi dan kegundahan hati. Paling kuat pengaruhnya adalah figur orang tua, jika orang tuanya adalah perokok, maka anak-anak sangat mungkin mencontohnya.
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia ,dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Karenanya merokok sering dianggap sebagai pelampiasan rasa frustasi dan kegundahan hati. Paling kuat pengaruhnya adalah figur orang tua, jika orang tuanya adalah perokok, maka anak-anak sangat mungkin mencontohnya.
b.
Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja yang merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temanya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-teman remajanya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja yang merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temanya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-teman remajanya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
c.
Faktor Kepribadian
Banyak orang mencoba merokok karena alas an ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
Banyak orang mencoba merokok karena alas an ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
d.
Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik dengan berbgai macam retorika komunikasinya seringkali memicu remaja untuk merokok.
Melihat iklan di media massa dan elektronik dengan berbgai macam retorika komunikasinya seringkali memicu remaja untuk merokok.
4.
Pesan Peringatan Kesehatan Pada
Bungkusan Rokok
Menurut Peraturan Pemerintah (PP)
NO. 109/2012 Tentang pengendalian produk zat adiktif berupa tembakau dan
undang-undang kesehatan pasal 144-199 serta
putusan Mahkamah Konstitusi nomor 34/PUU-VII/2010 yang mewajibkan para
pengusaha rokok di Indonesia untuk mencantumkan peringatan kesehatan berupa
gambar dan tulisan yang harus mempunyai satu makna, tercetak menjadi satu dengan kemasan
produk tembakau. pada setiap bungkusan rokok.. Sejak ditetapkannya peraturan
tersebut semua perusahaan rokok di Indonesia diwajibkan untuk mencantumkan
pesan peringatan kesehatan tersebut pada setiap bungkusan rokok yang
diproduksi. Dalam konteks komunikasi sendiri himbauan tersebut bertujuan untuk
memberikan pemahaman terhadap perilaku perokok agar mendapatkan reaksi dari
perokok itu sendiri sehingga dapat mempertimbangkan akibat dari merokok dan
pada ujung-ujungnya akan mempertimbangkan kebiasaan perilaku merokok.
2.2.3. Teori S-O-R
Teori S-O-R merupakan singkatan
dari Stimulus Organism Response ini semula berasal dari psikologi.
Menurut Effendy (2003; 254) Teori S-O-R memiliki objek material yakni manusia
yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap,opini,perilaku,kognisi,dan
konasi. Efek yang ditimulkan dari teori ini adalah reksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memeperkirakan
kesesuaian dana reaksi komunikan, unsur-unsur dalam komuniakasi ini adalah
pesan (Stimulus,S),Komunikan (Organism,O), dan efek (Response,R).
Dalam proses komunikasi berkenaan
dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Dalam proses
perubahan sikap dan perilaku tampak bahwa sikap dan perilaku dapat berubah,
hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus yang
disampaikan melalui pesan himbauan pada bungkus rokok akan dapat diterima atau
diabaikan.
2.3. Penelitian Terdahulu
Sebagai
bahan rujukan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian
terdahulu yang pernah ditulis oleh peneliti sebelumnya di antaranya adalah:
Penelitian
yang dilakukan oleh Mahardika Putra Sidarta (2011). Yang berjudul “ Sikap
Mahasisawa perokok terhadap Pesan Peringatan Bahaya Merokok di Surabaya”
Merokok merupakan hal yang sangat merugikan bagi kesehatan, namun dengan adanya
pesan peringatan bahaya tentang rokok tentu saja menimbulkan beberapa sikap dan
pandangan akan pengaruh pesan tersebut pada diri mahasiswa perokok. Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode penelitian ini
menggunakan perspektif (sikap kognitif,afektif,dan konaktif) dilaksanakan
menggunakan teknik dokumentasi, observasi, dan wawancara.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis
Penelitian
Penelitian
ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang mengumpulkan,
mengklasifikasi, menginterpretasikan, dan menganalisa dengan cara yang
sistematis, terkontrol, dengan menggunakan model-model matematis, teori-teori
dan hipotesis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasional yang berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau gejala yang
lebih khusus dalam menjelaskan dua objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan. Apabila ada, seberapa erat hubungan serta
berarti atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 1998:251).
3.2
Lokasi
dan Waktu Penelitian
a. Lokasi
Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan pada SMA negeri 1
Manggeng yang berlokasi di desa Seunelop, Kecamatan Manggeng
Kabupaten Aceh Barat Daya. Adapun alasan peneliti mengambil lokasi ini karena
peneliti melihat tingakat perokok dikalangan siswa pada sekolah ini semakin
meningkat ditambah dengan keresahan beberapa orang tua siswa yang sangat
prihatin akan perilaku merokok para remaja tersebut.
b. Waktu
Penelitian
Untuk
kelancaran penelitian ini, maka peneliti membuat jadwal penelitian. Adapun
jadwalnya adalah sebagai berikut :
Tabel
3.1
Kegiatan
|
Bulan (Tahun 2013)
|
||||||
Mei
|
Agust
|
Sept
|
Okto
|
Nov
|
Des
|
Febr
|
|
Pengajuan
proposal
|
|||||||
Seminar
proposal
|
|||||||
Revisi
|
|||||||
Pengumpulan
data
|
|||||||
Penyusunan
laporan penelitian
|
|||||||
Sidang
skripsi
|
3.3 Sampel
dan Populasi Penelitian
3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2002:55) dalam Kriyantono
(2006:149) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa SMA negeri 1 Manggeng,dari hasil study
pendahuluan, data murid keseluruhan berjumlah 687 siswa.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Bungin, 2006:101). Kemudian
menurut kryantono (2006:160) yang menjadi sampel adalah sebagian populasi yang
karakteristiknya dianggap mewakili populasi lain. Jika jumlah subjek dan
populasi lebih dari 100 orang, maka di ambil diantara 10-15% atau 20-25% atau
lebih. Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunkan rumus
Taro Yamne dengan presisi dan tingkat kepercayaan 90%
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N
= Jumlah Populasi
d = Nilai presisi yang ditetapkan
sebesar 15% atau 0,15
Dari
Penggunaan rumus diatas, maka dibutuhkan sampel sebanyak :
Jadi sampel yang
diperlukan adalah 39 orang.
Teknik
penarikan sampel yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan sampel Simpel
Random Sampling (penarikan sampel secara acak sederhana), yaitu pengambilan
sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi dan setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan sampel (Purwanto & Suhardi, 2004: 325).
3.4
Teknik Pengumpulan data
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2010:137) dalam skripsi Sri Devi Ayu menyatakan
bahwa: “Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data”. Data primer adalah data yang diperoleh dan
berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini yaitu Pengaruh pesan peringatan kesehatan dengan
perilaku merokok remaja, pengumpulan data yang
digunakan penulis adalah data Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.
2. Data
Skunder
Marzuki
dalam Oktariko (2011:46) menyatakan data sekunder adalah data yang bukan
diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari surat
kabar dana majalah ataupun publikasi lainnya. Data sekunder dalam penelitian
ini berupa data dan informasi yang diperoleh melalui dokumentasi atau arsip
yang ada pada sekolah SMA Negeri 7 Banda Aceh. Data yang diperoleh bisa berupa
kepustakaan (library research), yaitu
artikel atau berita di media online serta
website SMA Negeri 7 yang masih
memiliki relevansi dengan masalah penelitian.
3.5 Teknik
Analisis Data
Menurut Maleong dalam Kriyantono
(2006: 163) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data. Dari
keseluruhan data yang diperoleh baik dari penelitian kepustakaan maupun
penelitian lapangan kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh dari
lapangan diolah dengan memakai perhitungan statistik dengan bantuan komputer
memalui program SPSS (statistical product and service
solution). Pada penelitian ini,
teknik analisis data yang digunakan adalah:
1. Uji Validitas dan Reabilitas
Menurut
Arikunto (2006: 154) menjelaskan bahwa suatu instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sedangkan
reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data.
2.
Metode Analisis
Deskriptif
Analisis deskriptif
merupakan analisa yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian ke
dalam jumlah frekuensi dan persentase dengan tujuan untuk membantu peneliti
mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian (Kriyantono,
2006:167).
3.
Korelasi Product Moment dari Pearson
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi Product Moment
dari Pearson. Teknik ini bertujuan untuk
menguji apakah tiap item atau butir pernyataan benar-benar mampu mengungkap
faktor yang akan diukur atau konsistensi internal tiap item alat ukur
dalam mengukur suatu faktor.
Nilai korelasi yang diperoleh (nilai
korelasi per item dengan total item yang diperoleh setelah dikorelasikan secara
statistik per individu) lalu dibandingkan dengan tabel nilai korelasi (r) Product
Moment untuk mengetahui apakah nilai korelasi yang diperoleh signifikan
atau tidak. Jika indeks nilai yang diperoleh dari perhitungan tersebut memiliki
nilai yang lebih besar dari nilai tabel korelasi maka item itu dinyatakan valid
demikian juga sebaliknya. Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan menguji
validitas alat ukur maka yang dilakukan adalah mengukur kesahihan butir
(validitas item).
Rumus korelasi Product Moment adalah:
r =
Di
mana:
r
= koefisien korelasi Pearsons Product Moment
N
= jumlah individu dalam sampel
X
= angka mentah untuk variabel X
Y
= angka mentah untuk variabel Y
Selanjutnya,
untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford
(Kriyantono,2006 : 169) yaitu:
Tabel
3.2 Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Koefesien
|
Tingkat Keeratan
|
<0,20
|
Hubungan
rendah sekali; lemah sekali
|
0,20
– 0,39
|
Hubungan
rendah tapi pasti
|
0,40
– 0,70
|
Hubungan
yang cukup berarti
|
0,71
– 0,90
|
Hubungan
yang tinggi ; kuat
|
>0,90
|
Hubungan
yang sangat tinggi, kuat sekali; dapat diandalkan
|
Sumber:
Kriyantono (2006 : 169)
4. Uji hipotesis
Uji hipotesis adalah salah satu fungsi statistik untuk menyederhanakan data
sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan. Pengujian hipotesis
pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar Hubungan
Komunikasi persuasif antara guru dan siswa terhadap motivasi belajar. Untuk uji hipotesis dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
·
Berdasarkan t hitung
H0
diterima jika t hitung < t
tabel
H1
diterima jika t hitung > t
tabel
·
Berdasarkan signifikansi (Ī±)
Jika
signifikansinya< 0,05 maka H0 ditolak
Jika
signifikansinya> 0,05 maka H0 diterima
3.6 Skala
Pengukuran
Untuk
melihat tinggi rendahnya korelasi digunaka Skala Likert. Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2005:86). Berikut tabel skala pengukuran kuisioner :
Tabel
3.3 Skala pengukuran kuesioner
Keterangan
|
Alternatif
Jawaban
|
Skor
|
|
+
|
_
|
||
Sangat Setuju
|
SS
|
5
|
1
|
Sutuju
|
S
|
4
|
2
|
Netral
|
N
|
3
|
3
|
Tidak Setuju
|
TS
|
2
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
STS
|
1
|
5
|
3.7 Operasional Variabel Penelitian.
3.7.1 Variabel
Bebas (X)
Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi, atau disebut variabel penyebab, atau independen
variabel (X) (Arikunto, 2006;119). Dalam penelitian ini variabel bebasnya komunikasi
Massa adalah komunikasi yang bersifat mempengaruhi sikap,persepsi dan perilaku
komunikan melalui presentasi pesan yang bermuatan peringatan ,melemahkan atau
menguatkan seseorang objek, atau isu tempat seseorang mengarahkan sikapnya.
3.7.2 Variabel
Terikat (Y)
Variabel
terikat adalah variabel tidak bebas atau independen variabel (Y) (Arikunto,
2006;119). Dalam penelitian ini variabel terikatnya perilaku merokok pada kalangan siswa yang merupakan sebuah
kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus.
DAFTAR
PUSTAKA
Deddy
Mulyana 2007. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar .Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Efendi,
Onong Uchjana .2007. Ilmu Komunikasi
Teori Dan Praktek . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Efendi,
Onong Uchjana.2003.Ilmu,Teori, dan
Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti
Hanurawan , Dr.Fattah. 2010. Psikologo Sosial. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Jalaluddin
Rakhmat 2005 .Psikologi Komunikasi.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Nasution,
Indri Kemala. (2007). Perilaku Merokok
Pada Remaja.Program Studi Psikolog, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra
Utara .
Rachmat
Kriyantono. 2007. Riset Komunikasi. sJakarta:
Kencana Prenada Media Group
Tubs,
Stewart.2002. Human Comunication.bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Wiryanto.
2004. Pengantar Ilmu Komunikasi
Pendekatan Taksonomi Konseptual. Bogor : Ghalia Indonesia
Widayatun, Tri rusmi.1999. Ilmu Prilaku. Jakarta : PT. Fajar
Interpratama
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
http://kesehatan.kompas.com/read/2008/06/07/17531289/Jumlah.Perokok.Pe
mula.Meningkat
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f349ad3f219a/pertarungan-konstitusionalitas-tembakau-di-balik-uu-kesehatan.
diakses 8 Februari 2013 ,pukul 01.05 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar